Minggu, 20 Januari 2013

Sebuah Kenangan Atas Cinta


Di perang Uhud, ketika tubuhnya memerisai Rasulullah dan tujuh puluh luka berlomba menguras darahnya, Thalhah ibn ‘Ubaidillah berdoa sambil menggigit bibir. “Rabbii”, begitu lirihnya, “Khudz bidaamii hadzal yauum, hattaa tardhaa. Ya Allah, ambil darahku hari ini sekehendakMu hingga Engkau ridha.” Tombak, pedang, dan panah yang menyerpih tubuh dibiarkannya, dipeluknya badan sang Nabi seolah tak rela seujung bulu pun terpapas.
“Kalau ingin melihat syahid yang masih berjalan di muka bumi”, begitu Sang Nabi bersabda, “Lihatlah pada Thalhah”. Dan Thalhah, yang jalannya terpincang, yang jarinya tak utuh, yang tubuhnya berlumur luka tersenyum malu dan menitikkan air mata. Terlihatlah di pipinya bening luh itu, mengalir di atas darah yang mengering merah.
Tetapi tiap pahlawan punya kisahnya sendiri.
Satu hari ia berbincang dengan ‘Aisyah, isteri sang Nabi, yang masih terhitung sepupunya. Rasulullah datang, dan wajah beliau pias tak suka. Dengan isyarat, beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam meminta ‘Aisyah masuk ke dalam bilik. Wajah Thalhah memerah. Ia undur diri bersama gumam dalam hati, “Beliau melarangku berbincang dengan ‘Aisyah. Tunggu saja, jika beliau telah diwafatkan Allah, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar ‘Aisyah.”
Satu saat dibisikannya maksud itu pada seorang kawan, “Ya, akan kunikahi ‘Aisyah jika Nabi telah wafat.”
Gumam hati dan ucapan Thalhah disambut wahyu. Allah menurunkan firmanNya kepada Sang Nabi dalam ayat kelimapuluhtiga surat Al Ahzab, “Dan apabila kalian meminta suatu hajat kepada isteri Nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tiada boleh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi isteri-isterinya sesudah wafatnya selama-lamanya.”
Ketika ayat itu dibacakan padanya, Thalhah menangis. Ia lalu memerdekakan budaknya, menyumbangkan kesepuluh untanya untuk jalan Allah, dan menunaikan umrah dengan berjalan kaki sebagai taubat dari ucapannya. Kelak, tetap dengan penuh cinta dinamainya putri kecil yang disayanginya dengan asma ‘Aisyah. ‘Aisyah binti Thalhah. Wanita jelita yang kelak menjadi permata zamannya dengan kecantikan, kecerdasan, dan kecemerlangannya. Persis seperti ‘Aisyah binti Abi Bakr yang pernah dicintai Thalhah.
Begitulah, tiap pahlawan punya kisahnya sendiri.
Sesudah wafatnya ‘Utsman ibn ‘Affan di tangan para pemberontak, fitnah besar itu terjadilah. Thalhah bersama Zubair ibn Al ‘Awwam dan ‘Aisyah memerangi ‘Ali ibn Abi Thalib untuk menuntut bela kematian ‘Utsman, meminta ditegakkannya keadilan atas para pembunuh ‘Utsman yang sebagiannya kini menjadi penyokong utama kekhalifahan ‘Ali ibn Abi Thalib. Keadaan sangat tidak mudah bagi ‘Ali. Pilihan-pilihannya terbatas. Thalhah tahu itu. Tapi dia sendiri juga kesulitan bersikap lain di tengah kedua kubu.
Satu hari, dalam perang yang dikenal sebagai Waq’ah Jamal itu, ‘Ali mengirim utusan, memohon agar bisa berjumpa dengan kedua sahabat yang dicintainya; Thalhah dan Az Zubair. Mereka berdua datang. Mereka bertiga berpelukan. Tak terasa air mata meleleh. Kenangan-kenangan ketika ketiganya bersipadu di sisi Rasulullah berkelebatan dengan indah. Namun kini terasa menyesakkan. Menyakitkan. Dulu pedang mereka seayun, langkah mereka sebaris, tangannya bergandengan. Kini mereka harus berhadapan saling menghunus pedang, dengan mata saling menatap tajam, tapi hati tersembilu.
Dan seolah tak ada jalan selain itu.
Sesudah menyeka air mata, ‘Ali menggenggam jemari Thalhah dan menatap dalam ke wajahnya. Dengan menghela nafas, ‘Ali mencoba menyusun kata. “Ingatkah engkau hai Thalhah, mengapa Allah turunkan ayat tentang hijab bagi isteri Nabi dan mengapa Dia melarang kita untuk menikahi janda beliau?”
Thalhah terisak. Dadanya bergemuruh oleh malu dan sesal. Bahu kekarnya bergeletar.
‘Ali menepuk bahu Thalhah. “Ya”, katanya sambil mengalihkan pandangan, tak sanggup melihat tercabiknya batin Thalhah oleh kata-katanya. Tapi demi perdamaian dan persatuan kembali kaum Muslimin, ‘Ali mau tak mau harus mengatakan ini. Ia menguatkan hati. “Ayat itu turun karena maksud hati dan ucapanmu untuk menikahi ‘Aisyah.”
‘Ali meraba reaksi Thalhah. Lalu Ia melanjutkan sambil menatap tajam pada sahabatnya itu. “Dan kini sesudah beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam benar-benar wafat, mengapa engkau justru membawa ‘Aisyah keluar dari hijabnya dan mengajaknya mengendarai unta dan berperang di sisimu?”
Thalhah menubruk ‘Ali, memeluk dan menangis di bahunya. Hari itu mereka sepakat berdamai dan menyudahi perang saudara. Dan di hari itu pula, sepulang dari kemah ‘Ali, Thalhah, bersama Az Zubair sahabatnya dibunuh oleh orang-orang yang tak menghendaki perdamaian. Dan ‘Ali ibn Abi Thalib dengan duka yang begitu dalam, sore itu, menggali kubur untuk kedua cintanya.
Seusai pemakaman, ‘Ali menimang putra Thalhah yang masih kecil. Kepada bocah itu dia berbisik. “Nak,’ kata ‘Ali, “Aku sungguh berharap, aku dan ayahmu termasuk orang-orang yang difirmankan oleh Allah di Surat Al Hijr ayat keempatpuluh tujuh; “Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadapan di atas dipan-dipan.

Salim A. Fillah

SUBUH, Semoga Usia Barakah Untuk Hidup

Suatu kenikmatan yang amat besar saat kita tidur kemudian kita terbangun kembali. Tidak semua orang dapat merasakan kenikmatan ini. Saat subuh pun merupakan suatu pelajaran yang binatang ajarkan kepada manusia. Waktu subuh sautan ayam telah mengajarkan kita untuk bangun dan mengucap rasa syukur terhadap Allah. Pada saat tersebut, seseorang tertidur tanpa berhubungan dengan dunia nyata. Tubuh dan jiwanya terpisah. Saat ini, yang dia pikirkan sebagai tidur, sebenarnya adalah sejenis kematian. Allah menerangkan dalam Al-Qur’an bahwa jiwa manusia diambil pada saat mereka tertidur.

Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allahlah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan (Al-An’am:60)

Sesungguhnya saat kita tertidur Allah mematikan kita sesaat. Oleh karenanya Rasulullah mengajarkan doa Alhamdulillahi al-ladzi ahyaana ba’da ma amatana wa ilaihi an-nushur” artinya “Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah dimatikan- Nya, dan kepada-Nya kami akan kembali”.

Suasana segar di pagi hari memberikan inspirasi tertanda kekuasaan Illahi. Segarnya udara pagi belum terkontaminasi polusi memberikan khasiat yang luar biasa bagi pernafasan kita. Kualitas oksigen yang baik ini akan memaksimalkan kerja otak, mencegah kerusakan paru-paru, memperlancar peredaran darah, dan meningkatkan kekebalan tubuh. Di saat orang membuka matanya di pagi dini hari, dia menujukan pikirannya kepada Allah dan memulai hari dengan sebuah shalat yang khusyuk, shalat subuh.

Bagi mereka yang beriman dan hidup berdasarkan ajaran Al-Qur’an, setiap hari baru penuh akan bukti keberadaan Allah dan kenyataan yang menuntun kepada iman. Sebagai contoh, membuka mata dan memulai hari merupakan salah satu nikmat Allah kepada manusia dan kenyataan yang menuntun kepada iman yang perlu direnungkan.

Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan (Az-Zumar:42)

Dalam ayat-ayat tersebut, Allah berfirman bahwa jiwa manusia diambil pada saat tidur, namun dikembalikan lagi sampai waktu yang telah ditentukan untuk kematian datang. Selama tidur, seseorang setengah kehilangan kesadaran terhadap dunia luar. Untuk bangkit dari “kematian” tidur kepada kesadaran dan kondisi yang sama seperti pada hari sebelumnya, dan untuk dapat melihat, mendengar, dan merasakan dengan baik dan sempurna adalah sebuah keajaiban yang harus kita renungkan. Seseorang yang berangkat tidur di malam hari tidak dapat memastikan bahwa nikmat yang tiada bandingannya ini akan diberikan lagi kepadanya besok pagi. Dan kita tidak pernah dapat memastikan apakah kita akan mengalami bencana atau bangun dalam kondisi sehat.
Sementara pengertian dari barakah itu sendiri ialah “ziyadah Al-Khair” artinya bertambah kebaikan. Sungguh beruntung bagi orang yang dalam hidupnya panjang umur dan banyak amal kebaikan atau amal shalihnya. Semoga kita bisa memanfaatkan usia, sehingga dapat beramal shalih dengan ikhlas, aamiin.
Wallahua’lam bishshawab

Kamis, 15 November 2012

JR

Jalasah Ruhiy (mendudukkan ruhiyah) :)

Sebenarnya seperti kajian-kajian yang biasa teman-teman hadiri juga. Hehehe, saya pikir teman-teman pastilah rindu kajian kita di kampus. Iya kan? :)

Kali ini Jalasah Ruhiy (JR) bertempat di Mesjid Raya Sumatera Barat, mesjid agung nan mewah di sisi kiri jalan raya khatib Sulaiman, jika teman2 berangkatnya pake angkot labor, berhenti di depan basko n naik bus kota setelahnya..sampai dech di sana. Kalu naik motor bisa lebih cepat, heheh

Agak terlambat memang, tak palah. Asal masih bisa mencatat point2 penting dari penuturan Al Ustadz

Inti dari JR kali ini adalah tentang pemaknaan kita terhadap tahun baru hijriyyah. Al ustadz menceritakan tentang proses keberangkatan hijrah nabi ke madinah. Kita ulang-ulang lagi ceritanya…kita ambil ibrahnya, kita resapi maknanya. Kalu ada yang kurang di tambahkan aja yaaaa…;)

Kaum muslimin yang masuk islam saat itu kebanyakan berasal dari kelompok yang strata sosialnya dipandang rendah dan lemah. Seperti yang kita tau, konsekuensi memilih islam adalah bersedia menghadapi tekanan dari Kafir Quraisy, tekanan dan siksaan di luar batas-batas kemanusiaan, demi menegakkan keimanan yang telah menghujam kuat dalam dada. Beruntunglah kita sudah berada dalam era yang berbeda, era dimana kita punya kebebasan memproklamirkan keislaman kita.

Hingga dalam keadaan tertindas ini, turunlah ayat yang menyuruh untuk hijrah, tidak boleh menerima keadaan begitu saja, bumi Allah begitu luas, maka carilah tempat yang sekiranya bisa menaungi keislaman, memberikan penguatan, mengokohkan pijakan kaki, dan menentramkan nurani.

Kaum muslimin hijrah secara sembunyi2, banyak harta benda yang ditinggalkan yang kelak menjadi rebutan kaum kafir quraisy. Hanya satu orang yang terang-terangan dengan hijrahnya, dialah Umar. Umar, manusia arogan pada masa jahiliah yang sebelum keislamannya mencari Muhammad untuk memenggal kepalanya, sekarang berbalik ingin memenggal kepala para musuh Muhammad dan yang telah menyakiti  Muhammad, dengan pedang yang sama yang sekarang makin berkilauan dengan keimanan.

“Siapa yang rela melihat istri kehilangan suami, anak kehilangan ayah, silakan temuai aku di balik bukit” kira-kira demikian sang Alfaruq berkata..

Setelah semua kaum muslimin hijrah secara sembunyi2 dan berangsur2 tinggallah Nabi dan Abu Bakar. Siang hari yang panas dan terik itu, ditemui lah oleh nabi ayahandanya Aisyah ini ke rumahnya, tujuan dari kedatangan nabi ke rumah Abu Bakar adalah untuk memberitahukan bahwa Nabi sudah diperbolehkan hijrah oleh Allah, dan Abu Bakar pun bersedia menjadi kawan perjalanan. Abu bakar membersamai nabi dalam perjalan yang full hikmah n baroakah,dan insyaAllah menjadi ibrah ini. Kita tahu ceritanya bagaimana sengatan ular dan serangga berbahaya yang menggigit Abu Bakar kala itu, ditahannya rasa sakit agar sang nabi yang tertidur pulas di pahanya  itu tidak terganggu, karena rasa sakit yang tak tertahankan lagi, saat rasa sakit telah mengiris-ngiris ulu hati, kita dapati bahwa, tetes air mata Abu Bakar membasahi wajah nabi, dan Nabi pun terbangun.

Hmm persahabatan macam apakah itu? Dialah iman, dialah ukhuwah yang membersamai orang-orang shalih seperti mereka. Moga kita bisa memperbaiki ukhuwwah, kita rajut kembali, agar kelak di surga kita menempati menara cahaya tempat orang-orang yang saling mencintai karenaNya, Mudah2an begitu,,amiin, ( Ayo, aminkan sama2)

 LA TAHZAN, INNALLOHA MA’ANA, demikian nabi menguatkan ketika Abu Bakar mulai goyah, saat tau status mereka sebagai the most wanted kala itu.

Tempat tidur nabi kala itu digantikan oleh Ali. Sementara Nabi dan Abu Bakar telah berangkat dan bermukim di gua tsur 3 hari lamanya. Gua yang sebenarnya tidak begitu dalam, yang sebenarnya dengan melihat ke bawah dari bagian gua, niscaya akan ditemukan dua sosok manusia yang sedang bersembunyi, namun Allah berkehendak lain, Kafir Quraisy tak menemukan mereka. Di sinilah peran Asma’ binti abu Bakar diperlukan sebagai pembawa makanan untuk Nabi dan ayahnya tercinta. Yang kelak kita mengenalnya sebagai wanita pembawa dua ikat pinggang, ‘Dzatunnithaqain’.

Kenapa kakanya Aisyah ini digelari dengan wanita pembawa dua ikat pinggang? Hadits berikut ini akan menjawabya. Dari Asma’ ia bercerita ”Aku membuat ransum unutk Rasulullah di rumah bapakku, ketika beliau berhijrah ke madinah. Kami tidak mendapatkan tali untuk mengikat ransum makanan dan wadah minuman. Aku berkata kepada bapakku “Aku tidak mendapati sesuatu untuk mengikatnya kecuali sabukku ini”, Bapakku berkata , “Belahlah sabuk itu menjadi dua. Gunakan belahan yang satu untuk mengikat wadah minuman yang satunya lagi untuk mengikat ransum makan, “ Aku melaksanakan perintah bapakku itu, karena itulah aku dinamakan ‘Dzatunnithaqain’ ( Shahih Bukhari, 2979). Nah sekarang jelaskan sahabat, kenapa asma’ digelari ‘Dzatunnithaqain’, kalau besok ada yang nanya jangan lupa yaa ;)

Sesampainya di Madinah Nabi dan Abu Bakar di sambut dengan meriah. Kalu di sumbar mungkin di sambut dengan tari galombang, hmm begitulah kira2.mereka di sambut penuh suka cita “ Thala’al Badru Alaina, waj’al lillahi da..” begitukan lagunya? Sambutan meriah oleh penduduk madinah yang saat itu sudah banyak yang memeluk islam, karena hasil kerja keras seorang delegasi yang bernama Mus’ab Bin Umair, Mus’ab Al khair begitu gelarnya,  Mus’ab diutus lebih dahulu ke madinah oleh Nabi, seorang remaja yang paling menonjol, paling tampan , dan paling bersemangat.;)

Saat Mus’ab memasuki madinah, jumlah orang islam hanya 12 orang, begitu  Khalid Muhammad Khalid mencatat dalam “60 shirah sahabat Rasulullah SAW”. Hanya dalam waktu beberapa bulan, penduduk Madinah sudah berbondong-bondong masuk islam, Wah.. Subhanalloh sekali ya,,,;)

Nah, Mulailah Nabi menyusun struktur masyarakat di sini, tidak hanya me-reform system yang sudah ada, tapi menghasilakn sesuatu yang luar biasa, hingga islam berkembang pesat di madinah, sebagi Rahmatan Lil’alamiin.

Nah, di akhir ceritanya Al-ustadz menegaskan, hijrahnya Nabi bukan dalam rangka lari, atau takut kepada musuh, tapi dalam rangka menyelamatkan iman yang kondisinya mulai menggelisahkan.

Mungkin demikian reportase JR kemaren, mudah2an menginspirasi, dan mengilhami, semoga semangat berbenah itu selalu ada, semangat untuk hijrah ke arah yang lebih baik tentunya. Cita dan tujuan selalu ada jauh di depan, gairah dan hasrat membuatnya terasa dekat, mari kita sambut cita dan tujuan dengan sehangat semangat, sebening prasangka,sekokoh janji, dan seindah mimpi. Ayo kita eja sama2 : S.E.M.A.N.G.A.T

Seperti kata-kata stikernya syi’ar FORSIA:

C A U T I O N

DOELOE “BOEROEK”

SEKARANG “BAIK”

_________________

DULU “BAIK”

CEKALANG “LEBIH BAIK”

 

SELAMAT TAHUN BARU 1434 H

KEMUSLIMAH FORSIA FMIPA UNP


Minggu, 21 Oktober 2012

Selalu Ada Beda



selalu ada beda
antara HATI-HATI dan RAGU-RAGU
hati-hati adalah keberanian melangkah
dengan menyadari bahaya
sedang ragu-ragu adalah
pada dasarnya kita tak memiliki keberanian
untuk melangkah
selalu ada beda
antara YAKIN dan NAIF
yakin adalah semangat hati
yang membersamai kebenaran
sedang naif adalah hawa nafsu
yang dicarikan pembenaran
sepenuh cinta,


Salim A. Fillah

Jumat, 12 Oktober 2012

Rumus Canggih


Assalamualaikum,, sahabat muslimah..
Hari ini, 13 Oktober di RGS FT UNP ada MC2 EXPO lho,,,sebuah lomba nasyid skala Sumatera Barat, menghadirkan group nasyid seantero sumbar,,,
Hmm,, lagu wajibnya ini nich , Rumus Canggihnya Justice voice

Rumus Canggih
 Album : Senyum Dong Fren
Munsyid : Justice Voice
http://liriknasyid.com

*Dibolak balik kok makin asyik
Makin dibaca semakin menarik
Coba diresapi kok tambah asyik
Sampe-sampe mata gak mau melirik 2x

Reff 1:
Orang bilang (hey) kalo baca Qur'an (hey)
Hati jadi tentram (hey) hidup jadi ringan (hey)
Lalu kucoba (hey) dan terus kucoba (hey)
Eh ternyata bener... syukur alhamdulillah...
Alhamdulillah... 2x

Air Mata Rasulullah


Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Sabtu, 21 Juli 2012

Rasul Menyampaikan Wahyu, Nabi Tidak Menyampaikan Wahyu, Benarkah?


                Di suatu forum, yang mana sebagian besar berisi ibu-ibu dan beberapa orang yang seusiaku (baca:mahasiswa). Di awal materi sang ustadz bertanya kepada kami
Ustadz  :“Apa pengertian nabi dan rasul?”
Seseorang peserta mengangkat tangannya dan menjawab
Peserta :“Rasul itu seseorang laki-laki yang diutus Allah dan diberi wahyu serta wajib menyampaikannya  pada orang lain, sedangkan nabi mendapat wahyu untuk dirinya sendiri/tidak wajib menyampaikannya”
Ustadz  : darimana ibu mendapatkan definisi seperti itu
Peserta : Sejak SD dan MDA di ajarkan seperti itu ustadz
Ustadz :jd informasi sejak SD yang masih dipertahankan sampai sekarang, tidak di Upgrade lg pengetahuannya? Sekarang coba kita pikirkan bersama apakah definisi itu masuk akal?